Karsinoma Nasofaring Penyebab Kematian Nomor Tiga  

Posted in




-Karsinoma Nasofaring adalah tumor yang berasal dari lapisan mukosa nasofaring. Tumor ini merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang banyak ditemukan di Indonesia. Selama dekade belakangan ini, Karsinoma Nasofaring telah menjadi tumor ganas nomor tiga tersering dan sebagai penyebab kematian nomor tiga.

Karsinoma Nasofaring adalah tumor yang berasal dari lapisan mukosa nasofaring. Tumor ini merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang banyak ditemukan di Indonesia. Selama dekade belakangan ini, Karsinoma Nasofaring telah menjadi tumor ganas nomor tiga tersering dan sebagai penyebab kematian nomor tiga.

Letak tumor primer yang tidak terlihat serta gejala awal yang tidak jelas menyebabkan keterlamatan diagnosis sehingga angka kematian cukup tinggi. Biasanya penderita datang berobat setelah mencapai stadium lanjut di mana telah terjadi gejala dari penyebaran tumor induk.
Hal ini diungkapkan para dokter spesialis yang tampil sebagai pembicara pada acara simposium upaya deteksi dini Karsinoma Nasofaring yang dilaksanakan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Nias bertempat di Aula Lantai II kantor Bupati Nias,
Simposium dibuka secara resmi oleh Bupati Nias, Binahati B Baeha, SH dihadiri Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Ny. Lenny Baeha. Tampil sebagai pembicara pada simposium berjumlah 11 orang terdiri dari dokter spesialis Patologi Anatomi, THT, Radiologi, Bedah Onkologi dan Penyakit Dalam dengan ketua tim dr. Emir Taris Pasaribu, Sp. B. Peserta dari simposium ini berjumlah 250 orang terdiri dari para dokter RSU Gunungsitoli, dokter Puskesmas, dokter PTT, Kepala Puskesmas, para bidan dan bidan desa, TP PKK kecamatan se Kabupaten Nias, tokoh masyarakat yang tergabung dalam organisasi wanita se-Kabupaten Nias.
Walapun penyebab yang pasti belum diketahui, namun dari pengamatan pada daerah tempat penyebaran Karsinoma Nasofaring menggambarkan adanya pengaruh dari faktor genetik (keturunan, infeksi Virus Epstein Barr (EBV) dan faktor lingkungan dari makanan yang diawetkan, merokok, asap dan debu-debu kimia, formaldehyde, infeksi kronis pada hidung, kebersihan lingkungan yang buruk dan radiasi meningkatkan resiko terjadinya Karsinoma Nasofaring.
Karsinoma Nasofaring dapat dideteksi dari gejala dini seperti pada telinga seperti telinga rasa penuh, rasa berdengung, gangguan pendengaran dan rasa sakit pada telinga, radang telinga tengah (tungkik dan teleran).
Gejala hidung seperti perdarahan dari hidung biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit bercampur dengan ingus, sumbatan hidung menyerupai pilek yang lama, kadang-kadang disertai gangguan penciuman dan adanya ingus kental.
Sedangkan gejala lanjut dapat berupa gejala saraf seperti sakit kepala, mata juling, penglihatan ganda, rasa sakit dan kebas pada wajah. Gejala lanjut juga terjadinya pembesaran kelenjar getah bening leher dan tidak terasa sakit, serta gejala penyebaran jauh mengenai tulang, hati dan paru.
Untuk mengetahui Karsinoma Nasofaring dapat melalui pemeriksaan nasofaring menggunakan endoskopi, biopsi nasofaring dan biopsi aspirasi kelenjar getah bening leher mutlak diperlukan untuk menegakkan diagnosis Karsinoma Nasofaring. Pemeriksaan Patologi Anatomi, pemeriksaan Radiologi juga sangat membantu untuk diagnosa dini Karsinoma Nasofaring. Selain itu juga dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya penyebaran jauh tumor.
Sementara untuk pengobatan pada stadium dini (stadium I dan II) terapi penyinaran merupakan pengobatan pilihan dan dapat memberikan angka kesembuhan yang cukup tinggi. Pada keadaan stadium lanjut (stadium III dan IV) diperlukan kombinasi terapi penyinaran (radioterapi) dan obat anti kanker (kemoterapi). Mengetahui stadium Karsinoma Nasofaring merupakan hal yang paling penting dalam menentukan keberhasilan pengobatan. (a35)